Home > KB > Metode Mukosa Serviks (Cervical Mucus Method Or Ovulasi Billings) Part 5

Metode Mukosa Serviks (Cervical Mucus Method Or Ovulasi Billings) Part 5

Apr 30, 2010 Comments Off on Metode Mukosa Serviks (Cervical Mucus Method Or Ovulasi Billings) Part 5 by lusa

Fase Luteal
Fase luteal terjadi sejak hari ke-4 sesudah puncak (hari terakhir rasa licin pada vulva), leher rahim tertutup dengan gumpalan lendir kental yang mencegah sel sperma masuk ke rongga rahim. Korpus luteum dalam indung telur memproduksi estrogen dan progesteron. Bila tidak ada segala bentuk kontak alat kelamin sejak awal titik perubahan hingga awal harl ke-4 sesudah Puncak, maka sel telur tidak mungkin dibuahi dan akan hancur dalam saluran telur (lihat gambar 10).

Gambar 10. Pada hari ke-4 sesudah Puncak, sel telur sudah hancur. Sel-sel sperma tidak dapat memasuki leher rahim. Sekarang stiker-stiker kuning polos atau hijau polos atau simbol = untuk lendir atau simbol garis tebal vertikal berwarna hitam untuk kering dipakai untuk pencatatan. Sel telur tidak ada lagi; perempuan menjadi tidak subur pada masa itu.

Menstruasi menyatakan akhir siklus biasanya 11-16 hari sesudah ovulasi, dan sekaligus sebagai permulaan siklus yang berikutnya. Tidak ada lagi gumpalan lendir pada leher rahim sehingga darah menstruasi dapat mengalir ke luar rahim. Kedua indung telur kembali beristirahat (lihat gambar 11).

Gambar 11. Menstruasi biasanya terjadi 11-16 hari setelah ovulasi.

Ovulasi Tertunda
Ovulasi tertunda disebabkan adanya perpanjangan Fase Pra Ovulasi dan Pola Dasar Tidak Subur. Ovulasi tertunda dapat terjadi pada waktu stres, laktasi (menyusui), atau masa pre menopause. Pola dasar tidak subur merupakan unsur penting Metode Ovulasi Billings. Pengenalan mengenai pola tidak subur tidak berubahnya pada fase pra-ovulasi memberi kebebasan kepada suami-istri untuk melakukan hubungan seksual tanpa menjadi hamil dalam fase pra-ovulasi, panjang ataupun pendek.

Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah dan diamati dalam waktu paling sedikit dua minggu, contohnya:

  1. Tidak ada lendir (vulva kering).
  2. Munculnya lendir yang tetap sama pada vulva yang disertai kadar estrogen yang tetap rendah.
  3. Kombinasi dari butir 1) dan 2), bila munculnya lendir tetap tidak berubah dalam pengamatan selama 2 minggu dan diselingi dengan hari-hari kering.

Pola Dasar Tidak Subur berdasarkan pengeluaran cairan berasal dari vagina (contoh 2 dan 3). Bila naiknya kadar estrogen cukup tinggi untuk menimbulkan reaksi pada leher rahim, maka pola berubah dan menunjukkan kemungkinan kesuburan. Naik turunnya kadar estrogen bisa menimbulkan reaksi endometrium (selaput dinding rahim) dengan pendarahan breakthrough atau pendarahan withdrawal.

Peraturan Pra-Ovulasi, bila diterapkan pada Pola Dasar Tidak Subur menjamin keamanan Metode Ovulasi Billings dan memastikan perempuan mengenali kesuburannya kembali dalam kasus ovulasi tertunda yang dapat disebabkan oleh berbagai alasan.

Kegagalan Leher Rahim dan Pola Dasar Tidak Subur (PDTS)

Leher rahim harus memproduksi lendir yang bermutu supaya sperma dapat berfungsi secara tepat. Dalam beberapa situasi, misalnya menjelang menopause dan sesudah pemakaian kontrasepsi, leher rahim gagal untuk merespon terhadap rangsangan estrogen. Akibatnya juga menggagalkan fungsi cairan lendir untuk menerima sel-sel sperma. Pada saat ini, wanita tidak subur walaupun dia berovulasi. Wanita akan mengenal hal itu sebagai pola yang tidak berubah misalnya:

  1. Pola dasar tidak subur kering.
  2. PDTS berlendir tetap sama.
  3. Kombinasi dari keduanya yaitu kering dan munculnya yang tidak berubah.

Peraturan pra-ovulasi digunakan kembali sehingga kesuburan dapat diketahui.

Peraturan
Peraturan metode mukosa serviks atau ovulasi billings adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mencapai kehamilan.
  2. Untuk menunda atau menjarangkan kehamilan.

Mencapai Kehamilan.
Untuk menginginkan kehamilan peraturan yang digunakan adalah peraturan pra ovulasi. Cara ini membantu untuk mengenali perubahan pola kesuburan lendir. Hubungan seksual dilakukan selama ada lendir licin (vulva terasa licin) dan satu atau dua hari sesudah Puncak.

Menunda atau Menjarangkan Kehamilan.
Untuk menunda atau menjarangkan kehamilan maka digunakan peraturan Pra Ovulasi dan Peraturan Puncak.

Peraturan Pra Ovulasi
Ada tiga hal yang terdapat pada peraturan Pra Ovulasi, yaitu:

  1. Peraturan pertama: menghindari hubungan seksual pada hari-hari perdarahan deras selama menstruasi.
  2. Peraturan kedua: hubungan seksual boleh dilakukan pada setiap malam hari kedua (selang-seling), apabila hari ini sudah dikenal sebagai tidak subur.
  3. Peraturan ketiga: menghindari hubungan seksual setiap hari ketika lendir atau perdarahan menyelingi Pola Dasar Tidak Subur. Hubungan seksual baru boleh dilakukan lagi bila 3-4 hari berturut-turut dikenali sebagai PDTS.

Peraturan Puncak
Apabila hari puncak sudah diketahui dengan pasti, mulai hari keempat sesudah puncak sampai akhir siklus boleh melakukan hubungan seksual setiap hari pada setiap saat.

Referensi
billings-ovulation-method.org.au/act/actindex.shtml diunduh 1 April 2010, 06:36 PM
pusimob.blogsome.com/category/m-o-b/ diunduh 26 Maret 2010, 09:11 PM
woomb.org/ diunduh 1 April 2010, 06:22 PM
woomb.org/bom/lit/teach/index.html diunduh 1 April 2010, 06:24 PM
woomb.org/bom/lit/teach/teach.pdf diunduh 1 April 2010, 06:29 PM
woomb.org/learningBOM/B200/BasicInstruction.pdf diunduh 1 April 2010, 06:30 PM

Kata Kunci

fase pra ovulasi, metode mukosa serviks, simptotermal, pra ovulasi, fase praovulasi, ovulasi billing, metode ovulasi billings pdf.

KB
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.
Comments are closed.