Home > Ginekologi > Penyakit Imunologi HIV AIDS

Penyakit Imunologi HIV AIDS

Aug 15, 2009 17 Comments by lusa

Pendahuluan

Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis global dan ancaman yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.

Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak April 1987 hingga Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV/ AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita AIDS dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar 120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang. Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/ AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS belum ada vaksin untuk mencegah dan cara pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu hidup sehat dan penggunan kondom bagi yang berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial dan ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun 2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.

Definisi

AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus.

Epidemiologi

Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS

  • Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan  tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
  • Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
  • Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk dalam fase AIDS.
  • AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,  penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama,  infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

Stadium Infeksi

AIDS Council of NSW

Stadium 1 Infeksi primer:

Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan “seperti flu”.

Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:

Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa tahun.

Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:

Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam, dll.

Stadium 4 Kelainan berat:

Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).

WHO

Stadium I

Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.

Stadium II

Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.

Stadium III

Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.

Stadium IV

  • Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.
  • Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
  • Toksoplasmosis pada otak.
  • Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
  • Kriptokokosis di luar paru.
  • Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.
  • Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.
  • PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.
  • Setiap infeksi jamur yang menyeluruh, misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
  • Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.
  • Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
  • Septikemia salmonela bukan tifoid.
  • TB di luar paru.
  • Limfoma.
  • Kaposi’s sarkoma.
  • Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan terakhir.

Kelompok Resiko

Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah yang berulang.

Dampak HIV/ AIDS

Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.

Cara Penularan

HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.

Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

Penularan HIV/ AIDS :

  • Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
  • Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar virus HIV.
  • Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik – Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
  • Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

Cara Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual  aman). Sedangkan pencegahan pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.

Pemeriksaan HIV/ AIDS

Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi faktor resiko.  Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes ELISA yang dilakukan 2-3 kali.

Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan infeksi HIV :

1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1, HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih; peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang cukup.

2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat; menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca; punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan tes tunggal untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan 30 o C); meningkatkan potensi testing wajib; pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.

3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja; lebih aman (karena mengandung sedikit virus). Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.

4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk memastikan suatu hasil positif dari tes pertama. Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus; pemeriksa harus terlatih.

5. Antigen Virus Keuntungan : mengetahui infeksi dini HIV; skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan : kurang sensitif untuk tes darah.

6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) Kelemahan : perlu pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

Pengobatan HIV/ AIDS

Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.

Jenis obat-obat antiretroviral :

  • Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
  • Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
  • Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
  • Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
  • Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
  • Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

Perawatan dan Dukungan

Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal tersebut dapat menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan. ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/ AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa yang mereka inginkan.

Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS

1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan bekerja/ beraktivitas. 3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin. 6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan. 7) Berusaha untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.

Perawatan di rumah (home care)

1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang pengertian, cara penularan, pencegahan, gejala-gejala, penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian bantuan dan motivasi hidup.

2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan mendengarkan, memberikan informasi dan mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan masalah.

3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap bersih, jangan berbagi barang-barang tajam.

4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan, menggunakan air bersih dan matang untuk konsumsi, jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.

5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.

6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan memberikan makanan terbaik (ASI), memberikan imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi, serta memperlakukan anak secara normal.

7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada ODHA.

Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit, timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta kecemasan dan depresi.

8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).

Referensi

Adobe reader-[challenges-opportunitis_id.pdf]. Laporan Eksekutif Menkes RI Tentang Penanggulangan HIV/ AIDS Respon Menangkal Bencana Nasional Pada Sidang Kabinet Maret 2002. Jakarta.

Adobe reader-[who_ilo_guidelines_indonesian.pdf]. Pedoman Bersama ILO/ WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/ AIDS.September 2005.

Adobe Reader-[HIV-AIDSbooklet_part3.pdf].

Adobe Reader-[ASHMO3HIVposFactsheetInd.pdf]. Informasi Pasien.

Adobe Reader-[CoveringthoseaffectedbyHIVAIDS.pdf]. Liputan Tentang Mereka Yang Mengidap HIV/AIDS.

BERITA IPTEK ONLINE: Mengamati Pengaruh HIV pada kesuburan pria. Hadhimulya Asmara.10 Mei 2007.

Farida Aprilianingrum, SKM.Pemberdayaan Pekerja Sex Sunan Kuning : Learning Resources Center : Pusat Media Belajar Kesehatan.

Kata Kunci

masa inkubasi hiv aids, masa inkubasi hiv, penyakit imunologi, imunologi, inkubasi hiv, penyakit infeksi karena imunologi pada ibu dan anak, penyakit hiv aids pdf, 8 dampak akibat penularan hiv/aids.

Ginekologi
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.

17 Responses to “Penyakit Imunologi HIV AIDS”

  1. agus says:

    mau tanya, kalau dilihat dari stadium 2 versi WHO:
    -disana diebutkan terkena ISPA berulang –>>ini setelah berapa tahun tertular?
    kebetulan saya sering ISPA sudah 5x tapi jaraknya lama 2-5 bulanan tapi berat badan saya naik padhal disebutkan disana bahwa berat badan berkurang 10%, apakah penurunan ini terus menerus apa cuma 1 kali saja?
    -saya juga ada bercak2 merah dilengan apa ini bisa dikatakan kena HIV juga?

    saya sangat setress memikirkannya karena saya pernah berhub dgn PSK tapi saya takut dengan tes disaat menerima kenyataan saya terkena rasanya saya tidak sanggup

    mohon ditanggapi

    Hormat

    Agus

    • lusa says:

      @agus

      Untuk mencapai stadium tertentu, semua tergantung pada kekebalan tubuh masing-masing pasien. ISPA (masuk stadium 2) bisa saja terjadi setelah beberapa bulan atau tahun.

      Dalam kasus mas agus, sangat diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, karena dengan gejala-gejala yang di sebut diatas, masih belum tentu mas agus terkena HIV.

      Untuk itu sangat saya sarankan untuk segera melakukan pemeriksaan, dalam hal ini pemeriksaan darah.

      Saya yakin hal ini lebih baik untuk anda dan orang disekitar anda.

    • kakakimel says:

      halo,, mw tny nih.. ap sih pengaruh HIV/AIDS pada ibu hamil??

      • murni says:

        Maaf kak saya bantu jawab, terdapat penjelasan di atas bahwa ibu dg HIV berisiko menularkan ke bayinya, jadi pengaruh nya buat ibu hamil dapat menularkan ke bayinya. Tapi ada beberapa kasus ibu dg HIV tapi tertib pengobatan, bayinya tidak terlular. Terimakasih.

  2. Putra bahari says:

    mau tanya nih kalu bayi yang kena hiv kira 2 mulai terlihat tanda 2 nya pada umur berapa??? dan gima perkembangan nya ..mulai dri lahir …tlg di jawab makasih

  3. philip says:

    hallo …saya mau tanya nih………saya memang punya kebiasaan jelek di tahun 2009…antara bulan 7-11.karena pernah depresi atas suatu masalah..sehingga gak memikirkan dampaknya…sehingga.pernah berhubungan dengan wanita……selama 5x.. 3x dengan menggunakan kongdom ..1x oral yaitu kelamin saya yg masuk ke mulut wanita….dan saya tdk melakukan oral ke alat kelamin wanita, jd cuma alat kelamin saya yg berada di mulut wanita,.. dan 1x tidak menggunakan kongdom…tapi itu pun…tidak jadi…di karenakan kelamin saya tidak ada reaksi karena pada waktu tegang pada saat di masukan punya saya mengecil tiba2 dan terus berulang(semacam tidak tegang lah)….sehingga tidak mengeluarkan cairan sperma….dan saya cuma menyentuh dinding..nya saja..dan cuma merasa dingin..dan saya melakukan ciuman bibir..dan waktu itu saya lihat…tidak ada sariawa atau luka di mulut wanita tersebut..dan saya melakukan nya tersebut di spa (tempat2 yg terorganisir lah..)…setelah itu selang beberapa waktu saya sebelum melakukan pemeriksaan saya berdoa dulu…karena saya takut sekali …melakukan pemeriksaan 2x…pertama ke lab.yg cukup terkenal..dengan memeriksa darah..kedua ke rumah sakit yg terkenal(.cabang di cempaka putih) memeriksa darah dengan mengambil darah saya 2x, tes air seni…..dan semua hasilnya Non reaktif……..apakah saya sudah termasuk katagori aman………..soalnya saya stress juga dengan berbagai informasi yg saya terima …berbeda2……tolong di balas secepatnya…terima kasih…..

  4. putra says:

    salam hormat,
    sy adalah seorang donor darah,,sudah 28x sy donor darah..pd thn 2009 sy sering mengalami stres akibat kerjaan dikantor,shgga sy suka menggunakan jasa psk utk ML…awal thn 2010 sy mw donorr darah lg,tetapi ditolak oleh dokter dgn alasan hasil donor darah sy yg terakhir terinfeksi,oleh karena itu hanya dilakukan tes serologi…..tp sampai saat ini sy tdk berani menanyakan hasil serologinya,krna sy takut…apakah kemungkinan besar sy terkena hiv??sy benar2 stess berat sekarang,mengingat dlm beberapa bln lg sy akan menikah…sy takut klo sy memang terinfeksi,nanti malah menularkan ke istri sy..

    Mohon tanggapannya….terma kasih.

  5. putra says:

    jika kulit seseorang sesudah tertekan, mengeluarkan bercak merah, tetapi bercak merah itu tidak lama akan hilang.
    apakah itu bisa dinamakan gejala hiv???????????

  6. putra says:

    jika seseorang tidur siang banyak mengeluarkan keringat.
    apakah itu termasuk gejala hiv??????

  7. ida says:

    saya mau nanya ne,saya punya teman,saya merasa kasian ma dia,dia punya bercak2 merah di bokong nya,trus berat bdabya menurun,pucat2,apakah itu gejala HIV juga.tlong di jwb y…

  8. budi says:

    saya mau nanya,,,,,,,,,,,
    apa bila seseorng sudah atau baru saja terjangkit virus HIV apa masih bisa di cegah agar tidk berkembang lebih pesat di dalam tubuh kita????
    mungkin dengan pemberian makanan atau minuman yg mengandung antibody???
    atau dengan cukup berolahraga????
    apa itu bisa menekan perkembangan virus itu didlm tubuh kita???

    tolong di jawab ya,,,
    thanks

  9. mashuda says:

    assalamualaikum .
    mau tanya donk .
    apakah onani yg dilakukan sangat sering & hampir tiap hari dapat menyebabkan hiv aids
    trimakasih
    wassalamualikum

  10. ferry says:

    mau tanya……bu…senin tanggal 06/03/12 saya mengambil hasil test darah adik saya & ternyata hasil positif HIV lewat test ELISA yg saya tanyakan apakah dengan hasil positif Test ELISA sudah dinyatakan AIDS bagaimana penanggulangannya untuk dijakarta biar pemeriksaan lebih dalam kami harus kemana..karena adik saya mengalami defresi..mohon infonya..terimakasih

    Salam

    Ferro

    • ody says:

      buat mas ferro…setahu saya kl seseorang dinyatakan kena hiv tidak selalu langsung aids..sebagai contoh nih,seseorang yg secara sadar melakukan test hiv setelah beberapa bulan melakukan perbuatan beresiko dan dinyatakan positif maka orang tersebut tidak langsung hiv,masi butuh beberapa tahun kedepan…tapi jika seseorang pernah melakukan perbuatan beresiko beberapa tahun yg lalu dan tidak pernah test,baru test setelah jatuh sakit..bisa dikatakan masuk aids…untuk lebih mengetahuinya silahkan bawa adik mas fero untuk test viral load,test itu untuk mengetahui seberapa banyak perkembangan virusnya.semoga membantu

  11. indrawan says:

    kenapa penyakit berbahaya ini lain2 informasinya..,,,mslah tentang tes darah…….,,,,, ada yang bilang 3bulan,6bulan,bahkan ada yang bilang 2tahun bru tes darh bisa mendeteksi…..,,, tolong berikan info yang sbenarnya,,,,,,,karna tman saya trus tes darah akbat info yang berbeda…….,,,,,

  12. fitriani says:

    FITRIANI
    Aq mau bertanya,,,knapa waktu pembacaan elisa reader pada saat pembacaan pertama membutuhkan waktu 30 menit, sedangkan pembacaan kedua membutuhkan waktu sekitar satu jam apa yan menyebabkan berbeda waktunya??

    terima kasih banyak….

  13. agung rahman says:

    Mau tanya,,apakah hiv stadium 1 dapat menular juga?