Korion
Korion terbentuk dari trofoblast yang diliputi oleh mesoderm. Korion yang hanya terdiri satu lapisan, menjadi dua lapisan yaitu:
- Lapisan langhans atau cytotrofoblast
- Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast
Lapisan langhans atau cytotrofoblast
Lapisan langhans atau cytotrofoblast yaitu lapisan dalam yang berhubungan dengan mesoderm dan terdiri sel-sel yang batasnya jelas.
Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast
Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast yaitu lapisan luar yang berhubungan dengan lapisan desidua yang terdiri dari protoplasma sel dan inti sel tanpa batas-batas sel.
Korion berdiferensiasi dan tumbuh pesat antara hari ke-9 dan 20. Korion mengeluarkan cairan enzim yang mencairkan sel-sel desidua dan pembuluh darah, mengeluarkan cabang-cabang pada seluruh permukaannya dan sekitar desidua menjadi villi choriallis.
Korion yang melekat pada desidua basalis dan tumbuh subur disebut chorion frondusum. Sebaliknya villi yang banyak, makin berkurang dan akhirnya menghilang. Hal ini disebabkan oleh desidua kapsularis sangat sedikit mengandung pembuluh darah, sehingga kurang makanan , yang berakibat korion menjadi gundul disebut chorion leave.
Amnion
Amnion membentuk dinding ruang amnion. Ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii). Cairan amnion diproduksi oleh sel-sel dinding amnion. Cairan amnion berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis. Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis 1,008. Volume cairan amnion mencapai 1000-1500 cc (99% air dan 1% glukosa, protein, garam mineral) pada akhir kehamilan. Cairan amnion terus bersirkulasi dan 1/3 volumenya tiap jam mengalir, sehingga urin ibu hamil meningkat.
Pertumbuhan janin menyebabkan ruangan amnion semakin membesar, amnion dan korion menjadi lisut, tali penghubung bersama dengan yolk sac membentuk tali pusat. Bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama hamil, janin akan mengalami hipoplasia paru bahkan kematian.
Kandungan cairan amnion antara lain: prolaktin, Alpha-feto protein, lesitin-sphingomielin, sitokin, Interleukin-1-beta, prostaglandin dan Platelet-activing factor (PAF).
Fungsi amnion antara lain:
- Melindungi janin dari trauma atau benturan dengan benda di luar uterus
- Sebagai pembersih/pelicin jalan lahir
- Menahan tekanan uterus
- Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat
- Memungkinkan janin bergerak bebas
- Tempat perkembangan muskuloskeletal
- Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan traktus gastro intestinal
Cairan amnion dapat diketahui dengan menggunakan kertas lakmus, secara makroskopis (berbau amis, terdapat lanugo, verniks caseosa dan mekonium), secara mikroskopis (terdapat lanugo dan rambut) dan secara laboratorium (kadar ureum rendah bila dibandingkan dengan air kemih).
Referensi
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta.
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
ratihrochmat.wordpress.com/2008/06/27/plasenta-tali-pusat-selaput-janin-dan-cairan-amnion/ unduh 22 maret 2011, 11:29 AM
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
scribd.com/doc/49139614/AMNION-Struktur-Dan-Fungsi unduh 22 maret 2011, 11:25 AM
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika