Home > Komunikasi dan Konseling > Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik

Aug 14, 2009 19 Comments by lusa

Komunikasi, menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan.

Kemampuan komunikasi tidak terlepas dari tingkah laku yang melibatkan aktifitas fisik, mental dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan.

Pengertian Komunikasi Terapeutik

Tujuan Komunikasi Terapeutik

  1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
  2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
  3. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Menurut Stuart, tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien :

  1. Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri.
  2. Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi.
  3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai.
  4. Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.

Manfaat Komunikasi Terapeutik

  1. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien.
  2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan.
  3. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
  4. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.

Ciri Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Terjadi antara bidan dengan pasien.
  2. Mempunyai hubungan akrab dan mempunyai tujuan.
  3. Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan.
  4. Bidan dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien.

Unsur Komunikasi Terapeutik

Adapun komunikasi terapeutik mempunyai unsur sebagai berikut :

  1. Ada sumber proses komunikasi.
  2. Pesan disampaikan dengan penyandian balik (verbal & non verbal).
  3. Ada penerima
  4. Lingkungan saat komunikasi berlangsung.

Prinsip Komunikasi Terapeutik (Menurut Carl Rogers)

  1. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
  2. Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
  3. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
  4. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
  5. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
  6. Bidan sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
  7. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
  8. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
  9. Bidan harus paham akan arti empati,
  10. Bidan harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
  11. Bidan harus dapat berperan sebagai role model,
  12. Mampu mengekspresikan perasaan,
  13. Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
  14. Berpegang pada etika,
  15. Tanggung jawab

Teknik Menjalin Hubungan dengan Pasien

Syarat dasar komunikasi menjadi efektif (Stuart, 1998) adalah :

  1. Komunikasi ditujukan untuk menjaga  harga diri pemberi dan penerima pesan.
  2. Komunikasi dilakukan dengan saling pengertian sebelum memberi saran, informasi dan  masukan.

Jenis Komunikasi Terapeutik

Mendengar dengan penuh perhatian

Usaha bidan mengerti pasien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan pasien. Sikap bidan : pandangan ke pasien, tidak menyilangkan kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh condong ke arah pasien.

Menunjukkan penerimaan

Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Sikap bidan : mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal.

Menanyakan pertanyaan yg berkaitan

Tujuan : mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang disampaikan pasien.

Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata

Pemberian feedback dilakukan setelah bidan melakukan pengulangan kembali kata kata pasien.

Mengklarifikasi

Tujuan : untuk menyamakan pengertian.

Memfokuskan

Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan lebih spesifik dan dimengerti.

Menyatakan hasil observasi

Bidan memberikan umpan balik pada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga pasien dapat menguraikan apakah pesannya diterima atau tidak.

Menawarkan informasi

Memberi tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien.

Diam

Memberikan kesempatan pada bidan untuk mengorganisasikan pikiran dan memproses informasi.

Meringkas

Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Manfaat : membantu, mengingat topik yang telah dibahas sebelum melanjutkan pembicaraan.

Memberikan penghargaan

Teknik ini tidak digunakan untuk menyatakan hal yang baik dan buruk.

Menawarkan diri

Menyediakan diri Anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.

Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Hal ini mempunyai tujuan:

  1. Memberi kesempatan pasien untuk mengarahkan seluruh pembicaraan, menafsirkan diskusi, bidan mengikuti apa yg sedang dibicarakan selanjutnya.
  2. Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan.
  3. Menguraikan kejadian secara teratur akan membantu bidan dan pasien untuk melihat dalam suatu perspektif.
  4. Menemukan pola kesukaran interpersonal klien.

Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi

Bidan harus dapat melihat segala sesuatu dari perpektif  pasien.

Perenungan

Memberikan kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

Tahap Interaksi dengan Pasien

Pre interaksi

Tahap Pre interaksi adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi dan berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini bidan perlu membuat rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.

Perkenalan

Tahap Perkenalan adalah kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu. Hal yang perlu dilakukan bidan adalah : memberi salam; memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan (kontrak); melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri perkenalan.

Orientasi

Fase ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dst. Tujuan : memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien dan mengevaluasi hasil tindakan yg lalu. Hal yang harus diperhatikan : memberi salam; memvalidasi keadaan psien; mengingatkan kontrak.

Fase kerja

Merupakan inti hubungan bidan-klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Tujuan tindakan kebidanan :

  1. Meningkatkan pengertian dan pengenalan  pasien tentang diri, perasaan, pikiran dan perilakunya (tujuan kognitif).
  2. Mengembangkan, mempertahankan,dan meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri  menyelesaikan masalah yang dihadapi (tujuan  afektif & psikologi).
  3. Melaksanakan terapi/ klinis kebidanan.
  4. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
  5. Melaksanakan kolaborasi.
  6. Melaksanakan observasi dan pemantauan.

Fase terminasi

Merupakan akhir dari setiap pertemuan bidan dengan pasien. Klasifikasi terminasi :

  1. Terminasi sementara : akhir dari tiap  pertemuan bidan dengan pasien; terdiri dari tahap evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan tahap untuk kontrak yang akan datang.
  2. Terminasi akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau bidan selesai praktik. Isi percakapan antara bidan dengan pasien meliputi tahap evaluasi hasil, isi percakapan tindak lanjut dan tahap eksplorasi perasaan.

Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :

  1. Pemahaman berbeda.
  2. Penafsiran berbeda.
  3. Komunikasi yang terjadi satu arah.
  4. Kepentingan berbeda.
  5. Pemberian jaminan yang tidak mungkin.
  6. Bicara hal-hal yang pribadi.
  7. Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan.
  8. Mengalihkan topik pembicaran.
  9. Memberikan kritik mengenai perasaan pasien.
  10. Terlalu banyak bicara.
  11. Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis.

Komunikasi Terapeutik dalam Kebidanan

Komunikasi terapeutik dalam kebidanan meliputi :

Pengkajian

Menentukan kemampuan dalam proses informasi; mengevaluasi data tentang status mental pasien; mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi; mengobservasi kejadian yang terjadi; mengidentifikasi perkembangan pasien; menentukan sikap pasien; mengkaji tingkat kecemasan pasien.

Rencana tujuan

Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri; membantu pasien menerima pengalaman; meningkatkan harga diri pasien; memberi support; tenaga kesehatan dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka.

Implementasi

Memperkenalkan diri pada pasien; memulai interaksi dengan pasien; membantu pasien mendapatkan gambaran pengalamannya; menganjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan; menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

Evaluasi

Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan; komunikasi menjadi lebih jelas, terbuka, dan terfokus pada masalah; membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan.

Referensi

Uripni, L. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Terapeutik.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC.
Image, ehow.com

Kata Kunci

komunikasi terapeutik, komunikasi dan konseling, contoh komunikasi terapeutik, pengertian komunikasi terapeutik, definisi konseling, tujuan komunikasi terapeutik, komunikasi konseling, contoh soal komunikasi terapeutik, manfaat komunikasi terapeutik, komunikasi teraupetik, contoh dialog komunikasi terapeutik, contoh dialog komunikasi terapeutik pada pasien asma, pengertian terapeutik, komunikasi terapeutik dalam kebidanan, komunikasi terapeutik adalah, terapeutik, tahap komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik pada remaja, maksud komunikasi terapeutik.

Komunikasi dan Konseling
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.

19 Responses to “Komunikasi Terapeutik”

  1. berkomunikasi says:

    Berikan kebebasan pada suara dan intonasi anda. Jangan berusaha menyembunyikan aksen, kecenderungan, bunyi-bunyi khusus, atau aspek-aspek unik lain dari cara bicara anda.

  2. yesi kartika sari says:

    krim dunk contoh” komunikasi pada pasien ca paru…

    di tunggu lho !!!

  3. yuliii says:

    thazz,,

    informasinya keren,,,
    tpi perbanyak donk tujuan komunikasi terapeutiknya,,,,

  4. phity says:

    mkasih yaa??

  5. Firnanda Amdimas says:

    Makasi Mbak lusa, Tugas aku jadi kebantu karna informasi yang mbak berikan ne… makaci ya mbak…

  6. ganda andriani says:

    boleh minta nomornya gk…?

    pengen lebih jelas lg komunikasinya…

  7. lina says:

    pengen contohnya dunk,,

    • lusa says:

      Boleh… ditunggu ya mbak…. Insya Allah, segera dibuat..

      Terimakasih requestnya…

  8. Alisya says:

    Numpang copy mbak…….

    • lusa says:

      Monggo-monggo…

      Baca artikel yang lain yaaa… Makasih sudah berkunjung.. :)

  9. Nugroho says:

    Assalamu’alaikum wr wb.

    Mba, numpang copas ya sebagai tambahan referensi.

  10. adhiet says:

    kuesioner tentang komunikasi terapeutik untuk pasien gimana???? tlng jwb secepatx ya…

  11. tata says:

    kak saya tata, saya mau tanya tentang bagaimana jika perawat telah melakukan teknik di atas , namun si pasien tidak mersepon dengana baik dan malah merasa risih ??