Home > Askeb II (Persalinan) > Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan

Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan

Oct 08, 2012 2 Comments by lusa

Persalinan merupakan hal yang normal dan menakjubkan bagi ibu dan keluarga. Rasa kekhawatiran, ketakutan maupun cemas akan muncul pada saat memasuki persalinan. Bidan merupakan pendamping yang diharapkan dapat memberikan pertolongan, bimbingan dan dukungan selama persalinan. Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dengan asuhan mendukung adalah bersifat aktif dan ikut serta selama proses berlangsung. Kebutuhan dasar ibu selama persalinan menurut Lesser dan Kenne meliputi:

  1. Asuhan fisik dan psikologis;
  2. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus;
  3. Pengurangan rasa sakit;
  4. Penerimaan atas sikap dan perilakunya; dan
  5. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.

Adapun  kebutuhan dasar ibu selama persalinan yang akan kita bahas adalah sebagai berikut:

  1. Dukungan fisik dan psikologis;
  2. Kebutuhan cairan dan nutrisi;
  3. Kebutuhan eliminasi;
  4. Posisi dan ambulasi; dan
  5. Pengurangan rasa nyeri.

Dukungan fisik dan psikologis

Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan, melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan aspek sayang ibu yaitu:

  1. Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan keselamatan jiwa ibu;
  2. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional serta merasa didukung dan didengarkan;
  3. Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga sebagai pengambil keputusan;
  4. Menggunakan cara pengobatan yang sederhana  sebelum memakai teknologi canggih; dan
  5. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.

Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran meliputi: mendengarkan dan melakukan observasi, melakukan kontak fisik, bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien. Hasil penelitian (Randomized Controlled Trial) membuktikan bahwa dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran sangat efektif dan memberikan pengaruh uapabila dilakukan pendampingan terus-menerus. Adapun pengaruhnya adalah: mengurangi kelahiran dengan tindakan vacum, forceps, dan operasi sesar, mengurangi kejadian APGAR score bayi kurang dari 7, memperpendek lama persalinan, dan kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman persalinan.

Kebutuhan cairan dan nutrisi

Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi.

Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama persalinan.

Kebutuhan eliminasi

Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sakrum oleh bagian terendah janin sehingga menyebabkan retensi urin maupun sering berkemih. Retensi urin terjadi apabila:

  1. Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya inhibisi impuls sehingga vesica uretra menjadi penuh tetapi tidak timbul rasa berkemih;
  2. Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding vesica uretra;
  3. Tekanan oleh bagian terendah pada vesica uretra dan uretra;
  4. Kurangnya privasi/postur yang kurang baik;
  5. Kurangnya kesadaran untuk berkemih; dan
  6. Anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat mempengaruhi  saraf vesica uretra.

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi agar membantu kemajuan persalinan dan pasien merasa nyaman. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk bereliminasi secara spontan minimal 2 jam sekali selama persalinan, apabila tidak mungkin dapat dilakukan kateterisasi.

Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai berikut:

  1. Menghambat penurunan bagian terendah janin, terutama bila  berada di atas spina isciadika;
  2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus;
  3. Menimbulkan nyeri yang tidak perlu;
  4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II;
  5. Memperlambat kelahiran plasenta; dan
  6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan menghambat kontraksi uterus.

Posisi dan ambulasi

Persalinan merupakan peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Selama persalinan, pemilihan posisi dapat membantu ibu tetap tenang dan rileks. Oleh karena itu, berikan pilihan posisi persalinan yang aman dan nyaman. Tidur terlentang tidak perlu ibu lakukan terus menerus selama persalinan, ibu dapat berdiri dan jalan-jalan. Memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi yang terburu–buru akan memberikan kepastian pada ibu. Adapun posisi persalinan dapat dilakukan dengan duduk/setengah duduk; merangkak; berjongkok/berdiri; dan berbaring miring kekiri.

Duduk atau setengah duduk

Alasan: mempermudah bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati/mensupport perineum.

Posisi merangkak

Alasan: baik untuk persalinan dengan punggung  yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi dan meminimalkan peregangan pada perineum.

Posisi berjongkok/berdiri

Alasan: membatu penurunan kepala bayi dan memperbesar ukuran panggul yaitu menambah 28% ruang outletnya, memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada laserasi perineum).

Posisi berbaring miring ke kiri

Alasan: memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi oksigenasi yang baik bagi bayi dan membantu mencegah terjadinya laserasi.

Selama persalinan tidak dianjurkan posisi litotomi, karena dapat menyebabkan hipotensi yang berakibat ibu bisa pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi, menambah rasa sakit, memperlama proses persalinan, ibu sulit melakukan pernafasan, sulit buang air kecil, membatasi gerakan ibu, ibu merasa tidak berdaya, proses meneran menjadi lebih sulit, menambah kemungkinan laserasi pada perineum dan menimbulkan kerusakan saraf pada kaki dan punggung.

Pengurangan rasa sakit

Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama persalinan adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya sederhana, efektif dan biaya murah. Pendekatan pengurangan rasa sakit menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:

  1. Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;
  2. Pengaturan posisi;
  3. Relaksasi dan latihan pernafasan;
  4. Istirahat dan privasi;
  5. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;
  6. Asuhan diri; dan
  7. Sentuhan

Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan dengan mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara umum, teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:

  1. Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung;
  2. Perubahan posisi dan pergerakan;
  3. Sentuhan dan masase;
  4. Counterpressure (mengurangi tegangan pada ligamen sacroiliaca);
  5. Pijatan ganda pada panggul;
  6. Penekanan pada lutut;
  7. Kompres hangat dan dingin;
  8. Berendam;
  9. Pengeluaran suara;
  10. Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan
  11. Mendengarkan musik.

Referensi

Pusdiknakes. 2003. Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 18-21
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm: 41-61

Kata Kunci

kebutuhan ibu bersalin, kebutuhan dasar ibu selama persalinan, posisi ambulasi.

Askeb II (Persalinan)
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.

2 Responses to “Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan”

  1. wanti says:

    mohon beri penjelasan ttg posisi litotomi donk bu..yg bisa mengakibatkan bayi kehilangan oksigen, terimakasih, infonya sangat menbantu..:)

    • lusa says:

      Posisi litotomi adalah posisi berbaring/terlentang dengan kedua kaki diletakkan pada penopang tempat tidur atau kedua tangan ibu merangkul pelipatan paha ditarik ke arah dada.

      Kelebihan dari posisi litotomi antara lain:
      1. Memudahkan pemantauan pembukaan jalan lahir,
      2. Penolong persalinan lebih leluasa membantu proses persalinan, dan
      3. Kepala bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan, sehingga apabila terjadi perubahan posisi kepala bayi, penolong langsung dapat mengarahkan pada posisi yang seharusnya.

      Kelemahan dari posisi litotomi antara lain:
      1. Ibu sulit mengejan, karena gaya berat tubuh ibu berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi,
      2. Suplai oksigen pada janin kurang lancar, karena letak pembuluh darah besar ibu yang mengaliri plasenta tertekan oleh berat badan janin, dan
      3. Perineum meregang sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan.