Home > Ginekologi > Bagaimana Penanganan Endometriosis?

Bagaimana Penanganan Endometriosis?

Sep 21, 2009 1 Comment by lusa

Insidensi endometriosis tidak diketahui. Endometriosis tercatat sekitar 20% dari laparatomi ginekologik, dan dari kasus ini, separuhya merupakan penemuan yang tak diduga–duga. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan diantara semua operasi pelvik. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. (Hacker, 200:401-402 ).

Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.

Peran serta tenaga kesehatan termasuk bidan sangat besar dalam membantu wanita mendeteksi adanya gangguan pada sistem reproduksi. Pendeteksian secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan. (Depkes RI, 2002: 22-23).

Penanganan endometriosis terdiri atas: pencegahan, pengawasan, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.

Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjaidnya infertilitas sesudah endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.

Pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dengan observasi dan pemberian analgetika. Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti diterangkan di atas, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.

Terapi Hormonal

  1. Dasar terapi hormonal endometriosis adalah pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Dengan data klinik sebagai berikut: endometriosis sangat jaring timbul sebelum menarche, menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian estrogen eksogen.
  2. Prinsip terapi pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid), yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis.

Tabel. Pengobatan hormonal pada endometriosis

NoCara terapiEfekEfek samping
1Gn RH agonis ooforektomiAsiklik estrogen rendahKeluhan vasomotor atrofi ciri seks sekunder asteoporosis
2Danazol metiltestosteronAsiklik estrogen rendahPeningkatan berat badan, break though bleeding, akne, kulit berminyak, perubahan suara hirsutisme,
3Medroksipogesteron asetat gastrinon noretisteron Asiklik estrogen rendah bleedingPeningkatan berat badan, break, throuh bleeding, depresi, kloating
4Kontrasepsi oral nonsiklikAsiklik estrogen mual, progestogen tinggi, progestogen tinggiMual, breakhrough bleeding

Sumber : Winkjosastro,1999: 321

Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis

  1. Androgen, yaitu preparat yang dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis 5-10 mg perhari. Biasanya diberikan 10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhari selama 2-3 bulan berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi terutama pada dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang. b) Masih mungkin terjadi ovulasi, terutama pada dosis 5 mg per hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat bawaan pada janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri. b) Meningkatkan libido.
  2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol, kekurangan adalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah dilaporkan bahwa dengan terapi ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif mengalami kesembuhan.
  3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 per hari atau noretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan ovulasi, sedangkan keuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-rata sebesar 26 %.
  4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang adalah 400 mg/ hari. Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari. Kekurangan adalah terjadi acne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat badan dan edema. Sedangkan keuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan menghilangkan rasa nyeri

Pembedahan

  1. Pembedahan konservatif dilakukan pada pasien dengan intentilitas dan sudah tua, yaitu dengan merusak seluruh endometriosis dan memperbaiki keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral.
  2. Pembedahan definitif dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa gejala. Jenis pemebdahannya yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis.

Perlu diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau tidak. Fungsi ovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien usia muda yang masih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah menyerang pelvis secara luas khususnya pada wanita usia lanjut.

Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan (Wiknjosastro, 2001 : 319-326).

Referensi
Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI
Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB.
Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus
Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PP–IBI
______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Kata Kunci

penanganan endometriosis, terapi endometriosis, pencegahan endometriosis, endometriosis dan penanganannya, cara mengatasi endometriosis, komplikasi masa nifas.

Ginekologi
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.

One Response to “Bagaimana Penanganan Endometriosis?”

  1. citra says:

    bu lusa ,sebelumnya saya mau bercerita tentang keluahan saya dan sekaligus bertanya tentang solusinya .saya citra umur 27th dari usia saya 21 th saya mulai masturbasi saya kurang tau apa saya punya kelainan atau nggak yang saya tau saat itu saya nggak mau berhubungan sex dengan pacar saya padahal saya juga menginginkannya jadi saya pilih untuk masturbasi dan masturbasi juga disaad haid tapi setelah usia saya bertunangan diusia saya yg ke 27th ini saya menyadari mungkin apa yg saya lakukan ada efek dibelakang harinya kadang saya merasa nyeri dibagian pinggul saat haid dan telapak kaki sebelah kiri dan saya pernah ke ahli saraf dan spesialis penyakit dalam tp dokter bilang saya baik2 saja ,pertanyaan saya apakah saya terkena endometriosis ??apakah saya bisa hamil nanti ? apa keturunan saya ada bahaya cacat jg? mohon bantuan penjelasannya bu ,terima kasih sebelumnya atas jawabanya .