Home > Askeb II (Persalinan) > Amniotomy (Amniotomi atau Pecah Ketuban)

Amniotomy (Amniotomi atau Pecah Ketuban)

Dec 31, 2013 Comments Off on Amniotomy (Amniotomi atau Pecah Ketuban) by lusa

Cairan amnion (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi dan sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Amniotomi rutin selama persalinan normal tidak memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Tinjauan studi tentang prosedur amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak ada fase pemendekan pada proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan persalinan dengan operasi caesar.

Marilah kita simak penjelasan tentang amnitomi!

Pengertian Amniotomi

Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.

Alasan Menghindari Amniotomi

  1. Kemungkinan kompresi tali pusat.
  2. Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata.
  3. Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang.

Indikasi Amniotomi

  1. Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.
  2. Akselerasi persalinan.
  3. Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.
  4. Pada kasus solusio plasenta.

Keuntungan Amniotomi

  1. Melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium.
  2. Menentukan punctum maksimum denyut jantung janin (DJJ) akan lebih jelas.
  3. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin.
  4. Mempercepat proses persalinan.

Kerugian Amniotomi

  1. Timbul trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala.
  2. Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.

Penemuan-Penemuan Warna Air Ketuban

  1. U: membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi dan uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi janin.
  2. J: membran pecah dan tidak ada anoksia janin.
  3. M: cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia atau anoksia kronis bayi.
  4. D: cairan ketuban bercampur darah, kemungkinan menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada servik atau vagina ibu, trauma bayi.
  5. K: kering, kantung ketuban bisa menunjukkan sudah lama selaput ketuban pecah atau postmaturitas janin.

Prosedur Amniotomi

Berikut adalah prosedur amniotomi:

Sikap dan perilaku

  1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.
  2. Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.
  3. Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
  4. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan sesudah tindakan.
  5. Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
  6. Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

Content/Isi

  1. Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).
  2. Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali pusat/bagian-bagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam lebih nyaman dilakukan di antara kontraksi, kecuali jika selaput ketuban tidak teraba.
  3. Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan memandu dengan jari tangan.
  4. Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.
  5. Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke dalam larutan klorin.
  6. Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan kepala dan memastikan tali pusat/bagian-bagian kecil teraba.
  7. Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan kepala dan tidak ada tali pusat/bagian janin lain).
  8. Melakukan evaluasi warna ketuban, adakah mekonium atau darah.
  9. Memeriksa ulang denyut jantung janin (DJJ).

Teknik

  1. Meletakkan alat secara ergonomis.
  2. Menjaga privasi pasien.
  3. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan efisien.

Referensi

Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Hlm: 167.
Midwife Magazine. Amniotomy to do or not to do?. rcm.org.uk/midwives/features/amniotomy-to-do-or-not-to-do/ diunduh 23 Oktober 2013 pukul 03.20 WIB
Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 70-72.
Smyth RMD, Markham C, Dowswell T. 2013. Amniotomy For Shortening Spontaneous Labour. Summaries.cochrane.org/CD006167/amniotomy-for-shortening-spontaneous-labour diunduh 23 Oktober 2013 pukul 03.27 WIB
Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm: 123.

Kata Kunci

Amniotomi, indikasi amniotomi, pengertian amniotomi, amniotomi adalah, makalah amniotomi.

Askeb II (Persalinan)
© LUSA.web.id   |   Share :  
lusa

About the author

Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.
Comments are closed.